Laman

Sabtu, 12 Desember 2015

INFEKSI NOSOKOMIAL



INFEKSI NOSOKOMIAL
A.    Pengertian
Infeksi adalah Adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut di rawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat disebut infeksi nosokomial.
Infeksi adalah proses dimana seseorang rentan (susceptible) terkena invasi agen patogen atau infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan menyebabkan sakit. Yang dimaksud agen bisa berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur, dan parasit. Penyakit menular atau infeksius adalah penyakit tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
Nosokomial berasal dari bahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit dan komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat untuk merawat/rumah sakit. Jadi, infeksi nososkomial dapat diartikan sebagai infeksi yang terjadi di rumah sakit. Infeksi Nosokomial adalah infeksi silang yang terjadi pada perawat atau pasien saat dilakukan perawatan di rumah sakit
Infeksi Nosokomial,berasal dari kata yunani yang berarti”di Rumah Sakit”jadi infeksi nosokomial ialah infeksi yang di peroleh selama dalam perawatan di rumah sakit.Infeksi nosokomial biasanya timbul ketika,pasien di rawat 3 x 24 jam di rumah sakit dan infeksi ini sangat sulit di atasi karna di timbulkan oleh mikroorganisme dan bakteri.
Penderita yang sedang dalam proses asuhan perawatan di rumah sakit, baik dengan penyakit dasar tunggal maupun penderita dengan penyakit dasar lebih dari satu, secara umum keadaan umumnya tidak/kurang baik, sehingga daya tahan tubuh menurun. Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi silang karena kuman-kuman, virus dan sebagainya akan masuk ke dalam tubuh penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan dengan mudah. Infeksi yang terjadi pada setiap penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan ini disebut infeksi nosokomial.

B.     Epidemologi Infeksi Nosokomial
Epidemologi adalah telaah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dan penyebaran penyakit pada sekelompok seseorang.infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di Negara termiskin dan Negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi masih menjadi masalah utama yang masih sulit untuk di atasi.
Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7 % dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa,Timur-Tengah,Asia Tenggara dan Pasifik masih menunjukkan adanya infeksi nosokomial dan yang terbanyak terjadi di Asia Tenggara dengan Prosentase 10 %. Tiga faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi (termasuk infeksi yang di peroleh dari Rumah Sakit yakni Infeksi Nosokomial) :
1.      Sumber Mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi.
2.      Rute penyebaran mikroorganisme tersebut.
3.      Inang yang rentan terhadap infeksi oleh mikroorganisme tersebut.


Penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah :
1.      Suntikan yang tidak aman dan seringkali tidak perlu.
2.      Penggunaan alat medis tanpa ditunjang pelatihan maupun dukungan laboratorium.
3.      Standar dan praktek yang tidak memadai untuk pengoperasian bank darah dan pelayanan transfusi
4.      Penggunaan cairan infus yang terkontaminasi, khususnya di rumah sakit yang membuat cairan sendiri
5.      Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik spektrum luas yang berlebih atau salah
6.      Berat penyakit yang diderita
7.      penderita lain, yang juga sedang dalam proses perawatan
8.      petugas pelaksana (dokter, perawat dan seterusnya)
9.      peralatan medis yang digunakan
10.  tempat (ruangan/bangsal/kamar) dimana penderita dirawat
11.  tempat/kamar dimana penderita menjalani tindakan medis akut seperti kamar operasi dan kamar bersalin
12.  makanan dan minuman yang disajikan
13.  lingkungan rumah sakit secara umum

C.    Sumber infeksi Nosokomial
Sumber yang paling vital dan sebagai penyebab utama dari infeksi nosokomial adalah mikroorganisme.Bermacam-macam mikroorganisme yang bisa menyebabkan infeksi ini yang biasanya terjadi di rumah sakitdan sebagian banyak terdapat dalam tubuh inang manusia yang sehat,seperti, Escherichia Coli, Klebsiella pneumonia, Candica albicans, Staphylococus aureus, Serratia marcescens, Proteus mirabilis, Dan beberapa Actinomyces spp. Mikroorganisme penyebab infeksi disebabkan oleh perubahan resistensi inang dan modifikasi mikrobiota inang,bila ketahanan tubuh pasien rendah akibat luka berat,operasi,maka pathogen dapat berkembang biak dan menyebabkan sakit.

D.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial.
Sejumlah faktor mempermudah kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial  pada penderita yakni bila penderita masuk rumah sakit,maka ketahanan dapat menurun hal ini di sebabkan system imun(ketahanan tubuh) penderita/pasien sangat  mudah di masuki oleh mikroorganisme penyebab infeksi ini.Dalam proses penyebaranya biasanya melalui alat-alat kesehatan yang dipakai pada saat penanganan terhadap pasien seperti : pembedahan,radiasi,injeksi,dan cara penanganan atau pengobatan yang lain.Faktor lain yang memungkinkan terjadinya infeksi nosokomial tergantung pada :
1.      Karakteristik Mikroorganisme
2.      Resistensi terhadap zat-zat antibiotika
3.      Dan banyaknya infeksius
Semua mikroorganisme termasuk bakteri,virus,jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial.Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain(cross infection)atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection).Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih di sebabkan karena faktor external,yaitu penyakit yang penyebaranya melalui makanan,udara,benda atau bahan yang tidak steril serta dari kebersihan lingkungan dan sanitasinya.

E.     Cara Penularan Infeksi Nosokomial
1.        Penularan secara kontak
Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to person pada penularan infeksi virus hepatitis A secara fecal oral. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.
2.        Penularan melalui Common Vehicle
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis common vehicle adalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan dan sebagainya.
3.        Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila  mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas  (staphylococcus) dan tuberculosis.
4.        Penularan dengan perantara vektor
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.

F.     Pencegahan
Terdapat beberapa prosedur dan tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Tindakan ini merupakan seperangkat tindakan yang didesain untuk membantu meminimalkan resiko terpapar material infeksius seperti darah dan cairan tubuh lain dari pasien kepada tenaga kesehatan atau sebaliknya. Menurut Zarkasih, pencegahan infeksi didasarkan pada asumsi bahwa seluruh komponen darah dan cairan tubuh mempunyai potensi menimbulkan infeksi baik dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya. Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima standar penerapan yaitu:
1.        Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang. Mencuci tangan merupakan metode yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial, efektif mengurangi perpindahan mikroorganisme karena bersentuhan
2.        Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.
3.        Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. Terakit dengan hal ini, tempat sampah khusus untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan maupun pasien.
4.        Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan
5.        Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman diketahui aktivitas pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat.
G.    Prosedur Pelaksaan Penanggulangan Infeksi Nosokomial
1.      Cuci Tangan
Tehnik mencuci tangan yang baik merupakan satu-satunya cara yang paling penting untuk mengurangi penyebaran infeksi.Dengan cara menggosok tangan dengan sabun atau deterjen dan air kuat kuat selama 15 detik dan dibilas baik baik sebelum dan sesudah memeriksa penderita,sudah cukup .Namun bila selama merawat penderita,tangan terkena darah,sekresi luka,bahan bernanah,atau bahan yang lain yang di curigai maka harus di cuci selama 2 sampai 3 menit dengan menggunakan bahan  cuci antiseptic.
2.      Asepsis
Asepsis adalah penghinderaan atau pencegahan penularan dengan cara meniadakan mikroorganisme yang secara potensial berbahaya.Tujuan asepsis ialah mencegah atau membatasi infeksi.di rumah sakit digunakan 2 konsep asepsis yaitu asepsis medis dan bedah.Asepsis Medis meliputi segala praktek yang di gunakan untuk menjaga agar para petugas medis,penderita dan lingkungan terhindar dari penyebab infeksi,seperti cuci tangan,sanitasi dn kebersihan lingkungan rumah sakit itu hanyalah beberapa contok asepsis medis.Asepsis Bedah meliputi cara kerja yang mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam luka dan jaringan penderita.Maka dari itu dalam asepsis bedah semua alat kesehatan harus berprinsip steril,lingkungan harus bersanitasi,dan juga flora mikroba di udara harus di saring lewat filter berefisiensi tinggi.
3.      Disinfeksi dan Sterilisasi di Rumah Sakit
Banyak rumah sakit mempunyai pusat penyediaan yaitu tempat kebanyakan peralatan dan suplai dibersihkan serta di sterilkan.Hasil proses ini di monitor oleh laboratorium.mikrobiologi secara teratur.Kecenderungan rumah sakit untuk menggunakan alat alat serta bahan yang di jual dalam  keadaan steril dan sekali pakai.karena dapat mempersingkat waktu tanpa harus mensterilkan alat,tetapi juga dapat mengurangi pemindah sebaran patogen melalui infeksi silang.  
4.      Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit
Tujuan sanitasi lingkungan adalah membunuh atau menyingkirkan pencemaran atau mikroba dari permukaan.Untuk mengevaluasi prosedur dan cara-cara untuk mengurangi pencemaran,dilakukan pengambilan contoh mikroorganisme sewaktu-waktu dari permukaan lantai.
5.      Pengawasan Infeksi
Ialah pengamatan dan pengawasan serta pencatatan secara sistematik terjadinya penyakit menular,ini merupakan dasar bagi usaha pengendalian aktif.Identisifikasi dan evaluasi masalah-masalah infeksi nosokomial dan pengembangan serta penilaian pengendalian efektif hanya dapat dicapai denagn adanya pengawasan teratur terhadap infeksi-infeksi semacam itu pada penderita.
6.      Pengawasan Penderita atau Pasien
Pengawasan infeksi penderita di mulai ketika masuk rumah sakit dengan menyertakan kartu data infeksi di dalam catatan medis penderita.Data yang di kumpulkan setiap hari mengenai biakan dari laboratorium mikrobiologi serta dari hasil inspeksi laboratoris dan klinis di catat pada setiap kartu data infeksi setiap penderita.
7.      Pengawasan Pekerja Rumah Sakit
Pemeriksaan fisik harus merupakan persyaratan bagi  semua petugas rumah sakit,dan catatan imunisasi harus diperiksa.Bila tidak tercatat,maka imunisasi terhadap penyakit polio,tetanus,difteri,dan campak harus di isyaratkan.Petugas yang menunjukkan hasil positif pada uji tuberculin harus diperiksa dengan sinar x di bagian dada untuk menentukan kemungkinan adanya tuberculosis aktif.
8.      Pengawasan Lingkungan Rumah Sakit
Bila perawat pengendalian infeksi menemukan satu atau lebih kasus infeksi baru,maka mungkin diperlukan banyak biakan dari penderita,petugas dan lingkungan untuk menemukan sumber patogen dan lalu meniadakanya

Jadi Meningkatnya rasa prihatin terhadap infeksi nosokomial dalam sepuluh tahun terakhir,yang disebabkan oleh morbiditas,mortalitas serta sebab akibat ekonomisnya,telah mendorong rumah sakit  rumah sakit untuk melakukan kegiatan kegiatan yang di arahkan kepada pengawasan dan pengendalian infeksi seperti itu.komponen pengendalian infeksi meliputi:
1.      Panitia penngendalian fisik  
2.      Lab.mikrobiologi klinis
3.      Pengendali infeksi
4.      Perawatan penderita secara efektif
5.      Kebijaksanaan-Kebijaksanaan isolasi yang di mengerti
6.      Program-program pendidikan staf

Berhasilnya program tersebut mensyaratkan bahwa semua anggota staf mengetahui dan mempraktekkan kebijaksanaan dan prosedur yang di anjurkan.semua orang harus bertanggung jawab di dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.



Kesimpulan
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang timbul ketika pasien di rawat di rumah sakit infeksi ini dapat menular dari satu pasien ke pasien lainya serta petugas medis,selain itu alat kesehatan yang di gunakan biasanya sebagai media transmisi dalam segi penularan sebab biasanya kurang sterilnya alat kesehatan tersebut.Infeksi ini disebabkan dari mikroorganisme yang ada dalam tubuh manusia dan juga bakteri dari lingkungan rumah sakit.oleh karna itu dengan pencegahan dan pengendalian terhadap infeksi ini dengan berbagai cara mulai sterilisasi alat kesehatan,pemusnahan mikroorganisme yang menjadi penyebabnya serta sanitasi lingkungan.

  1. Setiap rumah sakit di Indonesia harus mempunyai tim pencegahan dan pengendalian infeksi.
  2. Tim pencegahan dan pengendalian infeksi harus bekerja dengan baik agar angka kasus infeksi nosokomial di Indonesia dapat menurun.
  3. Dengan adanya tim pencegahan dan pengendalian infeksi di setiap rumah sakit yang bekerja dengan baik, kasus infeksi nosokomial di Indonesia dapat terdata dengan tepat supaya mempermudah penanganan kasus infeksi nosokomial di rumah sakit


Sabtu, 26 April 2014

KELAINAN PRESENTASI, POSISI DAN HIS

Konsep Dasar Kelainan Presentasi dan Posisi
Malposisi merupakan posisi abnormal dari vertex kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu. Malpresentasi adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi vertex. Janin dalam keadaan malpresentasi dan malposisi sering menyebabkan partus lama/partus macet.
A.    Presentasi Puncak Kepala
Presentasi puncak kepala adalah dimana bagian terbawah adalah puncak kepala, teraba UUB yang paling rendah pada pemeriksaan dalam dan UUB sudah berputar ke depan.
Etiologi :
·         Kelainan panggul.
·         Kepala berbentuk bulat.
·         Anak kecil/mati.
·         Kerusakan dasar panggul
Diagnosis
1.      Pemeriksaan abdominal
a.       Sumbu panjang lain sejajar dengan sumbu panjang ibu.
b.      Di atas panggul teraba kepala.
c.       Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil terdapat pada sisi yang berlawanan.
d.      Di fundus uteri teraba bokong.
e.       Oleh karena tidak ada fleksi maupun ekstensi maka tidak teraba dengan jelas adanya tonjolan kepala pada sisi yang satu maupun sisi lainnya.
2.      Auskultsi : Denyut jantung janin terdengar paling keras di kuadran bawah perut ibu, pada sisi yang sama dengan punggung janin
3.      Pemeriksaan vaginal.
a.       Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter transversa panggul.
b.      Kedua ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat diraba dan dikenal. Keduanya sama tinggi dalam panggul.
Komplikasi
1.      Ibu :
a.       Robekan jalan lahir yang lebih luas
b.      partus lama
2.      Anak: Karena partus lama dan molase hebat sehingga mortalitas anak agak tinggi
Tindakan Bidan
Idealnya pada setiap kelainan presentasi dan posisi dari kepala janin, tindakan bidan adalah merujuk. Kecuali keadaan janin kecil, panggul normal, jarak rumah dan tempat rujukan yang jauh, maka bidan dapat menolong pasien dengan melakukan inform concent terlebih dahulu. Pada kasus presentasi puncak kepala bidan perlu melakukan observasi yang lebih ketat kepada ibu, janin dan kemajuan persalinan. Apabila dalam batas normal maka bidan bisa memberikan pertolongan pada ibu dengan keadaan presentasi puncak kepala, tetapi keadaan panggul ibu normal, janin tidak besar, alat resusitasi harus siap dan persiapan persalinan yang lainnya.
Penatalaksanaan
a.       Dapatditunggukelahiranspontan.
b.      Episiotomi
c.       Bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi sudah didasar panggul, maka dilakukan ekstraksi forcep.
d.      Usahakanlahirpervaginamkarenakira-kira 75 % bisalahir spontan. Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya anak yang lahir di dapati caput daerah UUB (Mochtar, 2002)

B.     Presentasi Dahi
Presentasi  dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian yang terendah.
Etiologi
·         Panggul sempit
·         Janin besar
·         Multiparitas
·         Kelainan janin (anansefalus)
·         Kematian janin intra uterin
Diagnosis
·         Pemeriksaan luar
·         Tonjolan kepala sepihak dengan bagian kecil
·         DJJ sepihak dengan bagian kecil janin
·         Pemeriksaan dalam teraba ubun-ubun besar, dahi, mata, kadang hidung.
Komplikasi
a.       Ibu : Partus lama dan lebih sulit, Terjadi robekan yang hebat, Ruptur uteri
b.      Anak : Mortalitas janin tinggi
TindakanBidan
Idealnya pada setiap kelainan presentasi dan posisi dari kepala janin, tindakan bidan adalah merujuk. Bidan   tidak memiliki kewenangan dalam menolong persalinan dengan presentasi dahi, Kecuali keadaan janin kecil, panggul normal, jarak rumah dan tempat rujukan yang jauh, maka bidan dapat menolong pasien dengan melakukan inform concent terlebih dahulu.

C.     Presentasi Muka
Presentasi muka ialah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah menghadap kebawah.
Etiologi
·         Tumor leher janin
·         Lilitan tali pusat
·         Kesempitan panggul dengan janin yang besar
·         Grande multipara dengan perut gantung (pendulous abdomen)
Diagnosis
Meskipun pemeriksaan abdomen dapat memperkirakan kemungkinan presentasi muka, diagnosa klinisnya harus ditentukan pemeriksaan pervaginam. Melalui pemeriksaan pervaginam, gambaran muka yang dapat dibedakan adalah mulut serta hidung, tulang-tulang pipi dan sebagian tulang orbita.  
Tindakan Bidan
Idealnya pada setiap kelainan presentasi dan posisi dari kepala janin, tindakan bidan adalah merujuk. Kecuali keadaan janin kecil, panggul normal, jarak rumah dan tempat rujukan yang jauh, maka bidan dapat menolong pasien dengan melakukan inform concent terlebih dahulu.
Penatalaksanaan
·         Bilaukuranpanggul normal dankemajuan proses persalinanberlangsungsecara normal, persalinanpervaginampadapresentasimukadapatberlangsungdenganwajar.
·         Observasi Detik Jantung Janin dilakukan dengan monitor eksternal.
·         Presentasi muka sering terjadi pada panggul sempit, maka terminasi kehamilan dengan SC sering terpaksa harus dilakukan.

D.    Presentasi Occipito Posterior
Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring, sehingga UUK dapat berada di kiri melintang, kiri depan, kanan depan, dan di depan. Dalam keadaan fleksi, bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul adalah oksiput.
Etiologi :
·         Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter transvers, Ex : panggul antiopoid
·         Segmen depan Menyempit Ex : panggul android
·         Otot-otot dasar panggul yang lembek pada multi para
·         Kepala janin yang kecil dan bulat


Diagnosa
a.       Pada pemeriksaan abdomen yaitu :
·         Bagian bawah perut mendatar
·         Ekstremitas janin teraba anterior
·         DJJ terdengar di samping
b.      Pada pemeriksaan vagina yaitu :
·         Presentasi kepala
·         Sutura sagitalis berada pada diameter antero posterior rongga pelvis
·         UUK dekat sacrum
·         UUB mudah teraba di anterior jika kepala dalam keadaan defleksi
Tindakan Bidan
Idealnya pada setiap kelainan presentasi dan posisi dari kepala janin, tindakan bidan adalah merujuk. Kecuali keadaan janin kecil, panggul normal, jarak rumah dan tempat rujukan yang jauh, maka bidan dapat menolong pasien dengan melakukan inform concent terlebih dahulu. Tetapi apabila bidan praktek mandiri, menemukan kasus ini maka tindkan bidan adalah merujuk pasien.
Penatalaksanaan  
·         Menunggu persalinan spontan.
·         Persalinan dengan forsep
·         Mengubah posisi oksiput posterior ke oksiput anterior dengan menggunakan forsep dan dilahirkan
·         Dengan manual mengubah oksiput posterior keoksiput anterior dan dilahirkan
·          Jika ada tanda-tanda persalinan macet atau ada tanda gawat janin lakukan SC
·         Jika ketuban utuh pecahkan ketuban
·         Jika pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi akselerasi persalinan dengan oksitosin.
·         Jika pembukaan serviks lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran periksa kemungkinan adanya obstruksi. Jika tidak ada obstruksi akselerasi persalinan dengan oksitosin.  
·         Jika pembukaan lengkap kepala janin teraba 3/5 atau lebih di atas simpisis lakuakan SC
·         Jika pembukaan lengkap kepala janin teraba 1/5 lakukan ekstraksi vakum dan forsep.

Konsep Dasar Distosia Kelainan Tenaga Atau His
A.    His Hipotonik
Kelainan dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat dan jarang daripada biasa, keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang lama hal ini dinamakan dengan inersia uteri sekunder.
Diagnosis inersia uteri paling sulit dalam fase laten. Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah dimulai. Untuk sampai pada kesimpulan ini diperluakan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi terjadi perubahan pada servik yaitu pendataran atau pembukaan servik.
1.      Penanganan
Setelah diagnosis inersia uteri ditetapkan, harus diperiksa keadaan servik, presentasi serta posisii janin, turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan panggul. Apabila ada disproporsi chepalopelvik yang berarti, sebaiknya diambil keputusan untuk melakukan SC. KU pasien sementara diperbaiki, dan kandung kencing serta rectum dikosongkan, apabila kepala atau bokong janin sudah masuk ke dalam panggul, penderita di sarankan untuk berjalan-jalan terlebih dahulu. Untuk merangsang his selain dengan pemecahan ketuban bisa diberikan oksitosin, 5 satuan oksitosin dimasukan ke dalam larutan glukosa 5% dan diberikan secara infus IV (dengan kecepatan kira-kira 12 tetes permenit yang perlahan dapat dinaikan sampai kira-kira 50 tetes. Kalau 50 tetes tidak dapat berhasil bisa dengan memeberikan dosis lebih tinggi dengan cara pasien harus di awasi dengan ketat dan tidak boleh ditinggalkan. Oksitosin yang diberikan dengan suntikan IM akan dapat menimbulkan incoordinate uterin action.
B.     His Hipertonik (his terlampau kuat)
Walaupun pada golongan koordinate hipertonik uterin contraction bukan merupakan penyebab distosia namun bisa juga merupakan kelaianan his. His ng terlalu kuat atau terlalu efisien menyebabkan persalinan selessai dalam waktu yang sangat singkat (partus presipitatus): sifat his normal, tonus otot di luar his juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. Bahaya partus presipitatus bagi ibu ialah terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir, khususnya servik uteri, vagina dan perineum. Sedangkan pada bayi dapat mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu sangat singkat.
Batas antara bagian atas dan segmen bagian bawah atau lingkaran retraksi menjadi sangat jelas dan meninggi. Lingkaran tersebut dinamakan dengan lingkaran retraksi patologis (lingkaran bandl).
1.      Penanganan
Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat diilakukan karena biasanya bayi sudah lahir tanpa ada seseorang yang menolong. Kalau seorang wanita pernah emengalami partus presipitatus kemungkinan besar kejadian ini akan berulang pada persaliann selanjutnya. Oleh karena itu sebaiknya wanita di rawat sebelum persalinan, sehingga pengawasan dapat dilakukan dengan baik, danepisiotomi dilakukan pada waktu yang tepat untuk menghindari ruptur perineum tingkat III.
C.    His yang tidak terkoordinasi
His disini sifatnya berubah-ubah tonus otot uterus meningkat juga di luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dan mengadakan pembukaan. Disamping itu tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini disebut sebagai incoordinate hipertonik uterin contraction
1.      Penanganan
Kelainan ini hanya dapat diobati secara simtomatis karena belum ada obat yang dapat memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian-bagian uterus. Usaha yang dapat dilakukan ialah mengurangi tonus otot dan mengurangi ketakutan penderita. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian analgetika, seperti morphin, pethidin. Akan tetapi persalinan tidak boleh berlangsung berlarut-larut apalagi kalau ketuban sudah pecah. Dan kalau pembukaan belum lengkap, perlu dipertimbangkan SC.  
D.    Etiologi dari kelainan tenaga atau His
Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida khususnya primigravida tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan yang bersifat inersia uteri. Faktor herediter mungkin memegang peranan yang sangat penting dalam kelainan his. Satu sebab yang penting dalam kelalinan his, khususnya inersia uteri adalah bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti misalnya pada kelainan letak janin atau pada kelainan CPD. Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion juga dapat merupakan penyebab inersia uteri. Gangguan dalam pembentukan uterus pada masa embrional misalnya; uterus bikornis unikolis, dapat pula mengakibatkan kelainan his. Tetapi pada sebagian kasus penyebab kelainan inersia uterus tidak diketahui.